Peningkatan pemahaman mengenai akibat kenakalan remaja bagi peserta didik sma negeri 16 semarang. Pahami dampak kenakalan remaja! Studi ini tingkatkan pemahaman siswa SMAN 16 Semarang tentang risiko kekerasan & tawuran melalui penyuluhan hukum. Raih kesadaran hukum & masa depan cerah.
Remaja adalah masa peralihan dari kanak kanak ke dewasa. Pada masa ini di dalam diri para remaja terjadi pertentangan yang disebut expolosive bipolarity karena anak merasa berdiri dengan sebelah kaki di lingkungan keluarga (ketergantungan) dan sebelah kakinya yang lain berada di luar keluarga (terlepas dari ketergantungan). Kenyataan seperti itu sebenarnya menempatkan para remaja pada kondisi yang sangat membutuhkan bimbingan, baik dari orang tua maupun dari guru-gurunya di sekolah. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja. Data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menyoroti maraknya kenakalan remaja berupa kasus kekerasan di sekolah yang terjadi hingga September 2024 tercatat ada 293 kasus kekerasan di sekolah. Untuk di Kota Semarang, kenakalan remaja marak di Tahun 2024 adalah tawuran antar kelompok atau Gangster. Berdasarkan data dari Polrestabes Semarang selama periode Januari-September 2024 tercatat 83 kasus tawuran di mana 73 pelaku harus menjalani pidana, sementara sekitar 200 pelaku lainnya menjalani pembinaan di Kepolisian. Kenakalan ini menimbulkan akibat yang sangat merugikan masa depan untuk menggapai cita-cita dari peserta didik umumnya dan khususnya peserta didik di SMA Negeri 16 Semarang. Bertitik tolak dari sinilah, maka perlu dilakukan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk penyuluhan hukum dengan merumuskan permasalahan yaitu kurangnya pemahaman peserta didik SMA Negeri 16 Semarang mengenai akibat kenakalan remaja. Adapun kontribusi mendasar pada khalayak sasaran diharapkan adanya peningkatan pemahaman mengenai akibat kenalan remaja, sehingga setiap peserta didik mempunyai kesadaran hukum, dapat terwujud ketertiban, keadilan sehingga dapat terhindar dari berbagai permasalahan hukum yang dapat merusak cita-cita di masa depan. Pengabdian ini dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab secara langsung, dan evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil penyebaran kuesioner pree-test dan post-test peningkatan pemahaman siswa. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman akibat kenakalan remaja bagi Peserta Didik SMAN 16 Semarang, menunjukkan adanya peningkatan 61,2%, itu artinya bahwa terdapat respon yang positif dari Peserta Didik SMAN 16 Semarang mengenai akibat kenakalan remaja.
This abstract outlines a highly relevant community service initiative focused on enhancing high school students' understanding of the detrimental consequences of juvenile delinquency. The topic is exceptionally timely and critical, particularly given the concerning statistics provided regarding school violence and youth brawls in Semarang, which underscore an urgent societal need for intervention. The authors clearly identify a target population (SMA Negeri 16 Semarang students) and a specific problem: a lack of awareness regarding legal and personal ramifications of misconduct, positing this against the backdrop of adolescent "explosive bipolarity." The methodology employed, involving direct lectures and question-and-answer sessions, is a practical and widely accepted approach for delivering educational content in outreach programs. A notable strength of this initiative, particularly for reporting in an academic context, is the attempt to quantitatively assess its impact through pre- and post-test questionnaires. The reported 61.2% increase in understanding among participants at SMAN 16 Semarang signifies a substantial and positive response to the intervention, indicating that the program successfully achieved its immediate objective of raising awareness and promoting legal consciousness. This direct impact on students' potential future choices is a commendable outcome. While the abstract demonstrates a successful community service endeavor, for a journal submission, a clearer distinction between its identity as a community service report versus a traditional research paper would be beneficial. If intended as a research article, the abstract would be strengthened by providing more granular detail on the methodological rigor, such as the specific content modules of the penyuluhan (counseling), the design and validation of the pre-post test instrument, the precise sample size, and the statistical methods used to determine the significance of the 61.2% increase. Furthermore, a discussion of the generalizability of these findings beyond SMAN 16 Semarang and potential long-term follow-up would enrich its academic contribution, offering insights into sustainability and broader policy implications.
You need to be logged in to view the full text and Download file of this article - Peningkatan Pemahaman Mengenai Akibat Kenakalan Remaja Bagi Peserta Didik SMA Negeri 16 Semarang from TEMATIK .
Login to View Full Text And DownloadYou need to be logged in to post a comment.
By Sciaria
By Sciaria
By Sciaria
By Sciaria
By Sciaria
By Sciaria