Muhamad Rijal Arif, Zahrah Maulidia Septimar, Ayu Pratiwi

Hubungan Stigma Dengan Tingkat Stres Pasien Odhiv Di Yayasan Cita Andaru Bersama Kota Tangerang

Introduction

Hubungan stigma dengan tingkat stres pasien odhiv di yayasan cita andaru bersama kota tangerang . Penelitian kuantitatif ini mengkaji hubungan stigma dengan tingkat stres pada 154 pasien ODHIV di Tangerang. Ditemukan hubungan signifikan: stigma tinggi meningkatkan stres. Pentingnya intervensi psikososial.

Abstract

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stigma dengan tingkat stres pada pasien orang dengan HIV/AIDS (ODHIV) di Yayasan Cita Andaru Kota Tangerang. Latar belakang: penelitian didasarkan pada masih tingginya stigma sosial terhadap ODHIV yang berdampak langsung pada kesehatan mental, terutama pada tingkat stres yang dialami pasien. Desain Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi: penelitian berjumlah 250 pasien, dengan sampel 154 responden yang dipilih Teknik Sampel: menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian: berupa kuesioner stigma dan kuesioner tingkat stres yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Hasil: penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien mengalami tingkat stigma sedang hingga tinggi, serta tingkat stres yang juga berada pada kategori sedang hingga tinggi. Analisis Data: Uji statistik chi-square memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara stigma dengan tingkat stres pasien ODHIV (p < 0,05). Temuan ini mendukung hasil penelitian sebelumnya, baik di Indonesia maupun di luar negeri, yang menyatakan bahwa stigma berkontribusi terhadap peningkatan stres, kecemasan, dan depresi pada pasien ODHIV. Kesimpulan: dari penelitian ini adalah semakin tinggi stigma yang dialami pasien, semakin tinggi pula tingkat stres yang dirasakan. Penelitian ini menegaskan pentingnya intervensi psikososial berbasis komunitas untuk mengurangi stigma serta menurunkan stres pasien ODHIV. Secara teoretis, hasil penelitian ini memperkaya kajian dalam bidang keperawatan dan psikologis kesehatan, sementara secara praktis dapat menjadi dasar bagi yayasan, tenaga kesehatan, dan pembuat kebijakan untuk merancang strategi penanganan yang lebih komprehensif.

Review

This study meticulously explores the crucial relationship between stigma and stress levels among people living with HIV/AIDS (ODHIV) at Yayasan Cita Andaru Bersama in Tangerang. Utilizing a quantitative, cross-sectional design, the research employed validated questionnaires and purposive sampling to gather data from 154 respondents. The abstract clearly articulates the study's objective and its foundation in the persistent issue of social stigma affecting the mental health of ODHIV patients. A significant finding, supported by a chi-square test, indicates a strong positive correlation where higher levels of perceived stigma are associated with elevated stress levels, consistent with previous national and international research. This re-affirmation of the detrimental impact of stigma underscores the urgent need for targeted interventions. While the study provides valuable insights into a pressing public health issue, several methodological aspects could be enhanced. The cross-sectional design, by its nature, can only establish a correlation and not a causal relationship between stigma and stress. This limits the ability to definitively state that increased stigma *causes* increased stress, rather than merely co-occurring. Furthermore, the use of purposive sampling, while practical, may introduce selection bias and potentially limit the generalizability of the findings beyond the specific population studied. Relying solely on self-reported questionnaires for both stigma and stress also carries the inherent risk of social desirability bias, where respondents might underreport or overreport their experiences. Future research could benefit from mixed-methods approaches or longitudinal designs to provide a deeper, more nuanced understanding of the causal pathways and lived experiences of stigma and stress among ODHIV. Despite these limitations, the study makes a relevant contribution to the fields of nursing and health psychology, reinforcing the theoretical understanding of mental health challenges faced by ODHIV. Practically, its findings offer a robust basis for Yayasan Cita Andaru Bersama, healthcare providers, and policymakers to develop and implement more comprehensive psychosocial interventions. The emphasis on community-based approaches to reduce stigma and alleviate stress is particularly pertinent. Moving forward, the authors are encouraged to consider longitudinal studies to explore causality, and qualitative research to delve into the specific forms of stigma experienced and the coping mechanisms employed by ODHIV patients. This would provide richer data to inform truly effective and tailored support programs.

Full Text

Comments

You need to be logged in to post a comment.